Dalam rangka bercocok tanam kopi, selain memperhatikan keadaan iklim serta jenis dan varietas yang akan ditanam, juga harus diperhatikan pekerjaan‐pekerjaan yang akan dilaksanakan, seperti:
A. Pembibitan Tanaman Kopi
- Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari:
- Biji (zaaling), pembiakan secara genertaif.
- Sambungan atau stek, pembiakan secara vegetatif.
- Pembiakan bibit tanaman kopi dari kultur jaringan.
a. Cara memperoleh biji kopi
Dari kebun sendiri, biji diambil dari pohon yang telah diketahui mutunya. Pohon induk yang produksinya cukup tinggi, tahan terhadap nematoda, bubuk buah maupun bubuk batang, atau dengan kata lain yang tahan terhadap hama dan penyakit.
Balai penelitian perkebunan, bersumber dari kebun percobaan yang menghasilkan biji telah teruji keunggulannya.
b. Cara memilih dan memelihara biji kopi
Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak cacat dan yang besarnya normal. Jika biji ini tidak memenuhi syarat harus disingkirkan. Semua buah/biji kopi yang memenuhi syarat kemudian dikerjakan sebagai berikut:
- Biji dikelupas kulitnya, dinjak‐injak dengan kaki, tetapi kulit tanduk tidak sampai lepas.
- Lendir yang melekat dibersihkan, dengan jalan dicuci atau digosok permukaannya dengan abu dapur.
- Setelah bersih biji dikering anginkan satu atau dua hari, tidak langsung terkena sinar matahari, melainkan kering angin.
- Biji‐biji yang sudah kering, selanjutnya diadakan pemilihan yang kedua kalinya. Jika biji kopi itu hampa dan bentuknya jelek, harus disortasi, tidak perlu disemai.
c. Cara menyimpan biji kopi
Biji‐biji kopi yang telah dipilih dalam keadaan kering dapat terus disemaikan. Untuk menungggu musim persemaian yang tepat, biji dapat disimpan untuk sementara waktu. Dan untuk menghindari terjadinya serangan hama bubuk atau untuk mematikan bubuk yang mungkin ada, maka biji‐biji kopi tersebut bisa dimasukkan dalam peti dengan jalan:
- Pada dasar peti diberi lapisan kain yang diberi minyak terpentin dengan dosis 1 cc / 100 cm2. Dan di atas kain pada lapisan biji setebal 5 cm, diberi kain lagi yang diberi minyak terpentin pula, demikian seterusnya sehingga peti itu penuh.
- Bila peti itu sudah penuh, kemudian ditutup rapat‐rapat dan dibiarkan selama 3 hari 3 malam agar semua hama mati karenanya.
- Kalau penyimpanan itu berlangsung agak lama, maka biji tersebut perlu dicampur dengan bubuk arang yang dibasahi dengan air, dengan perbandingan 1 kg bubuk arang : 150 cc air.
- Perbandingan antara biji dan bubuk arang yakni 3:1. Atau 3 kg biji dicampur 1 kg bubuk arang yang telah dibasahi tadi.
d. Lamanya penyimpanan biji kopi
Penyimpanan biji tidak boleh terlalu lama, sebab jika terlalu lama daya tumbuhnya akan menurun atau akan habis sama sekali.
Biji‐biji kopi yang baru kemungkinan tumbuh 90 ‐ 100%, sedang yang disimpan sekitar 6 bulan daya tumbuhnya 60 ‐ 70%. Sebaiknya penyimpanannya jangan sampai lebih dari 3 bulan, dan yang paling baik ialah bila penyimpanan itu dilakukan sekitar dua bulan. Penyimpanan dimasukkan ke dalam ruangan yang gelap dan sejuk.
e. Penaburan biji kopi
Bibit kopi dapat ditanam setelah umur 8‐9 bulan. Maka penaburan biji kopi dipersemaian harus memperhatikan rencana penanaman.
Kalau bibit kopi ditanam sebagai zaailing, maka baiklah bila biji itu ditaburkan pada bulan Januari ‐ Februari. Dengan demikian kelak musim tanam tiba bibit sudah berumur 10‐11 bulan.
Kalau bibit akan ditanam sebagai sambungan, baiklah kalau biji itu ditaburkan pada bulan Agustus. Selanjutnya bibit dapat disambung pada umur satu tahun. Dan pada waktu itu masih banyak biji yang segar. Bila kelak bibit akan ditanam pada bulan November/Desember bibit sambungan tersebut sudah berumur 4 bulan.
Banyaknya biji yang akan ditaburkan tentu saja harus disesuaikan dengan luas rencana penanaman. Biji yang ditaburkan perlu diperhitungkan 2 kali lipat dari bibit yang akan ditanam, hal ini bila ditanam sebagai zaailing. Tetapi bila bibit itu akan disambung, maka jumlah biji yang akan ditaburkan adalah dua setengah kali dari rencana penanaman. Hal ini mengingat bahwa daya tumbuh sambungan belum tentu bisa mencapai 100%.
B. Persemaian Biji Kopi
Persyaratan tempat persemaian biji kopi, sebagai berikut:
- Tanah sedapat mungkin dipilih yang agak datar, subur, dan banyak mengandung bunga tanah.
- Dekat perumahan dan sumber air, agar memudahkan pengamatan dan pemeliharaan pada musim kemarau, terutama dalam melakukan penyiraman.
- Ada pohon pelindung, agar dapat menahan terik matahari dan percikan air hujan yang lebat, sehingga tidak merusakkan bibit.
- Terhindar dari bibit penyakit dan hama, tempat‐tempat yang akan dipergunakan sebagai persemaian sebaiknya diselidiki terlebih dahulu terhadap kemungkinan adanya infeksi penyakit dan hama. Sehingga apabila ada bibit penyakit atau hama harus diadakan pencegahan dan pemberantasan.
- Semprotkan larutan MiG‐6PLUS ( 10ml MiG‐6PLUS : 1 liter air) tipis pada permukaan lahan persemaian. Untuk lahan persemaian dengan luas 10m2.
Tingkat penyemaian biji kopi ada dua tingkat, yaitu: tingkat perkecambahan, dan dederan bibit (pemindahan dari perkecambahan).
a. Tingkat perkecambahan biji kopi
Sebelum ditanam di persemaian, semua biji dikecambahkan lebih dahulu. Pada tempat perkecambahan dibentuk bedengan‐bendengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang 2,4 m. Selanjutnya pada bedengan itu dilapisi pasir setebal 5 ‐ 10 cm, dan di atas bedengan diberi atap.
Semua biji dibenamkan pada lapisan pasir menghadap ke bawah, artinya bagian punggung di atas, dan bagian perut menghadap ke bawah. Pembenaman dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian teratas kelihatan rata dengan lapisan pasir. Biji dibenamkan secara berderet dalam satu baris, jarak antara baris larikan yang satu dengan lainnya 5 cm. Sedangkan jarak antara biji dengan biji 2,5 cm.
Setiap 1 m bisa memuat 2.000 ‐ 3.000 biji kopi, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya biji dan jenisnya. Biji yang ditaburkan bisa dengan kulit biji tanduk atau tanpa kulit tanduk. Tetapi lebih baik biji kopi tersebut dilepas kulit tanduknya, sehingga mereka akan lebih cepat tumbuh dan tidak menjadi sarang penyakit.
Setelah selesai pembenaman, biji‐biji kopi tersebut diberi pasir lagi, tipis‐tipis saja. Tempat perkecambahan ini harus dijaga supaya tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban biji‐biji tersebut, di atas bedengan yang tertutup pasir tadi diusahakan ditutup dengan lalang atau jerami yang dipotong‐potong antara 0,5 ‐ 1 cm, kemudian diadakan penyiraman dua atau tiga kali sehari. Setelah berumur 4 ‐ 8 minggu, biji kopi tersebut akan berkecambah, kemudian dapat dipindahkan ke persemaian atau tempat dederan.
Proses perkecambahan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Di dataran rendah yang beriklim panas, perkecambahan itu makan waktu 3 ‐ 4 minggu. Sedangkan di dataran tinggi yang beriklim dingin perkecambahan makan waktu 6 ‐ 8 minggu.
Selama proses perkecambahan, cotyledon‐cotyledon dan embrio kecil pada biji kopi membengkak dengan menghisap endosperma, kemudian akar kecil (radicula) dan hypocotyl tumbuh. Akhirnyahypocotyl muncul dari tanah dengan bentuk membungkuk dan berdiri tegak dengan mengangkatcotyledon‐cotyledon yang masih tertutup oleh endosperma dan kulir ari. Pertumbuhan pada tingkat demikian sering disebut "soldatje" atau serdadu.
Dalam pertumbuhan soldatje itu untuk sementara berhenti tumbuh lebih kurang 1 bulan. Kemudian mulai tumbuh lagi, yakni cotyledon membesar sehingga endosperma dan kulit ari sobek kemudianendoscarp lepas. Selanjutnya cotyledon terangkat seolah‐olah masih melekat, kemudian terpisah, tumbuh sepasang keping daun yang disebut "kepel".
Semai dalam tingkat ini sudah berumur 2 ‐ 3 bulan, selanjutnya dapat dipindahkan ke persemaiaan.
b. Dederan bibit kopi
Kecambah kopi yang dipindahkan dapat berupa serdadu (soldatje) atau kepel (kecambah yang kepingnya sudah membuka). Kecambah kopi yang dipindahkan ke persemaian harus dilakukan dengan sangat hati‐hati, supaya akar tidak rusak. Pemindahan ini tidak boleh dicabut, melainkan harus dicongkel dengan sebilah bambu atau solet. Sebelum bibit dipindahkan ke persemaian harus diseleksi bentuk perakarannya terlebih dahulu, karena akar yang pertumbuhannya bengkok kurang baik, tanaman menjadi kerdil.
Tanah persemaian dicangkul sedalam 30 cm atau lebih, karena bibit akan berada dipersemaian agak lama, sekurang‐kurangnya 9 bulan. Agar tanah itu strukturnya baik, setelah pencangkulan itu sudah bersih dari batu‐batuan dan sisa‐sisa kayu, kemudian barulah diberi pupuk organik. Pupuk tersebut dapat berupa pupuk kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau dan lain sebagainya. Selanjutnya pada tanah persemaian dibuat bedengan‐bedengan dengan ukuran lebar 1,20 m dan panjang 10 m, dan bedengan tersebut dibuat membujur ke arah utara ‐ selatan.
Bilamana bedengan telah siap, semai dalam bentuk kepelan/serdadu dapat dipindahkan. Kalau semua ini akan ditanam sebagai zaailing yang lebih muda, jarak tanamnya bisa dibuat 15 x 30 cm. Tetapi kalau bibit tersebut akan disambung, jarak harus diperpanjang, antara 20 x 40 cm. Artinya jarak tanam 20 cm dan jarak antar baris 40 cm.
Penanaman harus dilakukan dengan hati‐hati sekali, dengan maksud supaya akar dan batang kepelan tidak rusak. Untuk keperluan tersebut tempat‐tempat yang akan ditanami harus dibuat lubang terlebih dahulu dengan suatu alat tertentu, misalnya bilah bambu atau tusuk. Kemudian barulah bagian akar dan batang ditempelkan pada salah satu sisi lubang dengan tangan kiri, dan tangan kanan melakukan pemadatan tanah dengan hati‐hati sekali. Jarak antara daun kepelan dengan tanah lebih kurang 3 cm.
Berikan lahan dederan dengan larutan MiG‐6PLUS (10 ml MiG‐6PLUS : 1 liter air), semprotkan tipis dan merata pada permukaan lahan pendederan. Larutan tersebut cukup untuk 10m2, ulangi 2 minggu sekali.
Sedangkan untuk bibit kelapa sawit pemberian pupuk hayati MiG‐6PLUS selama pembibitan dalam polybag adalah : larutkan 10 ml MiG‐6PLUS : 1 liter air, Kemudian berikan pada ± 20 polybag ulangi setiap 2 minggu sekali.
C. Bibit Tanaman Kopi Asal Kultur Jaringan
Bahan yang digunakan adalah potongan daun kopi muda yang masih berwarna hijau kemerahan atau hijau segar. Daun tersebut dipotong kecil‐kecil berukuran kurang lebih 5 mm berbentuk segi empat atau kotak. Potongan daun tadi ditanam di dalam cawan kecil yang berisi campuran bahan‐bahan khusus yang telah dibuat dan diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi potongan daun kopi tersebut.
Campuran bahan‐bahan ini dinamakan “media.” Untuk membuat potongan daun mampu tumbuh dan berkembang, tentunya perlu beberapa perlakuan khusus agar dapat berhasil membentuk bibit yang sempurna. Perlakuan ini dilakukan di laboratorium, rumah kaca, dan tempat persemaian di kebun. Perlakuan yang diberikan di laboratorium meliputi jenis media, macam dan kadar zat pengatur tumbuh, kondisi penanaman yang paling sesuai, dan sebagainya.
Sebelum menjadi tanaman, potongan daun tersebut akan membentuk gumpalan‐gumpalan yang berwarna putih‐kekuningan dan krem, berbentuk bulat atau lonjong yang disebut sebagai "kalus". Selanjutnya kalus ini akan tumbuh dan berkembang menjadi calon atau bakal bibit yang disebut "embrio". Dalam beberapa percobaan, ada juga dari potongan daun langsung membentuk embrio.
Embrio inilah yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bibit yang ukurannya kecil-kecil. Selanjutnya, bibit dipindah ke dalam botol yang sesuai dengan ukuran bibit agar tumbuh dan berkembang lebih jauh menjadi tanaman yang lebih besar. Pada tahap ini bibit diberi beberapa perlakuan seiring dengan pertambahan umur. Di rumah kaca, perlakuan yang diberikan meliputi umur dan kondisi bibit, macam bahan untuk tempat pertumbuhan bibit, cahaya, kelembapan, suhu, dan sebagainya. Adapun perlakuan yang diberikan di tempat persemaian, yang paling penting adalah tingkat cahaya dan penaungan untuk mengatur kelembapan. Apabila perlakuan terakhir ini sudah berhasil, maka bibit kopi siap ditanam secara luas di kebun. Berdasarkan hasil penelitian, bibit kopi asal kultur jaringan dapat tumbuh dan berkembang normal seperti tanaman kopi dari benih ataupun cangkok. Bahkan pertumbuhan dan perkembangannya lebih pesat dan waktu berbuahnya lebih cepat dibanding tanaman dari benih maupun cangkok.
Dibanding tanaman kopi asal benih maupun cangkok, tanaman kopi asal kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, yaitu: proses pembuatannya lebih praktis, karena hanya dilakukan dalam ruangan yang relatif kecil; bibit yang dihasilkan lebih seragam, baik umur, tinggi maupun kondisi fisik lainnya; proses pembuatannya berlangsung cepat, karena tidak menunggu tanaman induk sampai besar/dewasa; dapat dihasilkan dalam jumlah besar sesuai pesanan dalam waktu relatif singkat.