BAMBANG PRAMUSINTA adalah putra Nakula, salah satu dari lima satria Pandawa, putra Prabu Pandu, raja negara Astina dari permaisri Dewi Madrim, putri negara Manadaraka (adik Prabu Salya/Narasoma). Ibunya bernama Dewi Suyati, putri Prabu Kridakerata, raja negara Awuawulangit.
Bambang Pramusinta mempunyai seorang adik kandung benama Dewi Pramuwati. Ia juga mempunyai saudara seayah lain ibu, putri Dewi Srengganawati dari negara Gisiksamodra/Ekapratala bernama Dewi Sritanjung.
Pramusinta mempunyai sifat dan perwatakan: pemberani, jujur, setia, taat, belas kasih dan selalu memegang teguh keperwiraannya. Sejak kecil ia dan adiknya, Dewi Pramuwati tinggal di negara Awuawulangit dalam asuhan kekeknya, Prabu Kridakerata. Pranusinta tidak ikut terjun ke medan perang Bharatayuda, karena ketika terjadi perang Kurusetra tersebut, ia masih kecil dan belum layak terjun ke medan peperangan.
Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, Pramusinta banyak mewakili tugas ayahnya, Prabu Nakula sebagai raja negara Mandaraka. Hal ini karena Nakula, lebih banyak tinggal di negara Astina, karena kedudukannya sebagai patih Prabu Kalimataya/Yudhistira. Setelah Prabu Nakula mati moksa bersama pinisepuh Pandawa lainnya, Bambang Pramusinta dinobatkan sebagai raja negara Mandaraka.
Akhir riwayatnya diceritakan, Prabu Pramusinta meninggal dalam usia lanjut, saat mana cerita wayang mulai memasuki Jaman Madya.
Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, Pramusinta banyak mewakili tugas ayahnya, Prabu Nakula sebagai raja negara Mandaraka. Hal ini karena Nakula, lebih banyak tinggal di negara Astina, karena kedudukannya sebagai patih Prabu Kalimataya/Yudhistira. Setelah Prabu Nakula mati moksa bersama pinisepuh Pandawa lainnya, Bambang Pramusinta dinobatkan sebagai raja negara Mandaraka.
Akhir riwayatnya diceritakan, Prabu Pramusinta meninggal dalam usia lanjut, saat mana cerita wayang mulai memasuki Jaman Madya.