Semar yang berada di Dukuh Klampisireng, pada suatu hari sedang duduk di pendapa dihadap Gareng, Petruk dan Bagong. Dalam pertemuan itu dibicarakan mengenai kesejahteraan rakyat Klampisireng, yang akhir-akhir ini terus merosot. Maka Semar mempunyai ide untuk membangun dam atau bendungan untuk mengairi sawah dan lahan pertanian penduduk. Untuk itu Semar mengutus Petruk pergi ke Amarta guna meminta dukungan moral maupun pembiayaan. Setelah tiba di Amarta, Petruk melaporkan apa yang direncanakan Kyai Semar dan para Pandawa mendukung rencana itu serta memberikan dukungan dana.
Sementara Prabu Suyudana yang dihadap Patih Sengkuni, Karna, Drona dan Kartamarma, mendengar rencana Semar akan membangun bendungan di Klampisireng merasa khawatir, sebab bilamana rakyat Klampisireng makmur berarti akan menambah kekuatan Pandawa dan kelak dalam perang Baratayuda akan menambah barisan perang pihak Pandawa.
Untuk itu ia memerintahkan Karna dan Kurawa agar mengacau serta menggagalkan rencana Semar itu. Niat Kurawa itu mendapat perlawanan rakyat Klampisireng yang dipimpin Petruk serta dibantu Pandawa. Walaupun mendapat gangguan dan rintangan dari pihak Kurawa akhirnya bendungan terwujud dan akan meningkatkan kesejahteraan penduduk Klampisireng.
Sementara Prabu Suyudana yang dihadap Patih Sengkuni, Karna, Drona dan Kartamarma, mendengar rencana Semar akan membangun bendungan di Klampisireng merasa khawatir, sebab bilamana rakyat Klampisireng makmur berarti akan menambah kekuatan Pandawa dan kelak dalam perang Baratayuda akan menambah barisan perang pihak Pandawa.
Untuk itu ia memerintahkan Karna dan Kurawa agar mengacau serta menggagalkan rencana Semar itu. Niat Kurawa itu mendapat perlawanan rakyat Klampisireng yang dipimpin Petruk serta dibantu Pandawa. Walaupun mendapat gangguan dan rintangan dari pihak Kurawa akhirnya bendungan terwujud dan akan meningkatkan kesejahteraan penduduk Klampisireng.