BANOWATI, DEWI, yang cantik dan manja, adalah permaisuri Prabu Anom Suyudana atau Duryudana dari Astinapura. Puteri Prabu Salya dari Kerajaan Mandaraka ini bersaudara lima orang. Kakaknya, Dewi Erawati, setelah dewasa menjadi istri Prabu Baladewa. Dewi Surtikanti menjadi istri Adipati Karna. Banowati anak ketiga, menjadi istri Suyudana, walaupun sebenarnya ia amat mencintai Arjuna. Ia masih punya dua orang adik, yaitu Burisrawa dan Rukmarata. Ketika Arjuna membantu Baladewa menemukan Dewi Erawati yang diculik oleh Kartawiyoga, Banowati berkenalan dengan ksatria tampan itu. Segera ia jatuh cinta pada Arjuna. Walaupun sebenarnya Arjuna juga tidak menolak cinta putri Prabu Salya itu, namun cinta remajanya kandas, karena akhirnya Dewi Banowati terpaksa menjadi istri Prabu Anom Suyudana atas desakan ayahnya dan kakak iparnya, Baladewa. Ia bersedia diperistri Suyudana dengan syarat agar waktu akan menjadi pengantin, Arjunalah yang memandikan dan merias dirinya. Meskipun syarat itu sebenarnya amat menyinggung perasaan Suyudana, namun penguasa Astina itu akhirnya menyetujuinya. Sebagian dalang menyebutkan pada saat dimandikan dan dirias, Dewi Banowati mendapat mantera ajian dari Arjuna yang menyebabkannya tetap seperti perawan, walaupun kelak setelah melahirkan anak.
Dalam pewayangan Dewi Banowati adalah contoh karakter wanita yang tidak setia pada suami. Setelah kawin dengan Suyudana, Banowati masih tetap saja mencintai Arjuna. Perasaan cinta ini pula yang menyelamatkan jiwa Burisrawa, adik Banowati. Burisrawa suatu saat masuk ke kediaman Arjuna di Kasatrian Madukara dan berusaha memperkosa Dewi Wara Subadra, istri Arjuna. Dalam usaha mempertahankan kehormatannya Dewi Subadra mati tertusuk keris Burisrawa. Putra Prabu Salyapati ini akhirnya tertangkap dan seharusnya akan dihukum mati, tetapi Dewi Banowati segera datang dan membujuk Arjuna, sehingga Burisrawa diampuni dan akhirnya dibebaskan.
Dalam berbagai cerita pedalangan sering dikisahkan secara samar tentang hubungan gelap dan perselingkuhan Banowati dan Arjuna. Ketika Banowati melahirkan anaknya yang pertama, wajah bayi itu temyata amat mirip dengan Arjuna. Kenyataan ini amat menggelisahkan Banowati dan Arjuna, karena mereka khawatir perselingkuhannya terbongkar. Karenanya Arjuna lalu memohon pada para dewa agar anak Banowati jangan mirip dirinya. Permohonan itu dikabulkan, dan wajah bayi itu berubah menjadi mirip Suyudana. Anak pertama Banowati ini diberi nama Lesmana Mandrakumara, yang tingkah lakunya seperti orang lemah mental. Anak keduanya diberi nama Lesmanawati, lahir sebagai putri cantik. Lesmana Mandrakumara mati dibunuh Abimanyu dalam Baratayuda, sedangkan Dewi Lesmanawati diperistri Warsakusuma, putra Adipati Karna.
Menjelang dan selama Baratayuda berlangsung, beberapa tokoh Kurawa mencurigai Dewi Banowati sering membocorkan rahasia pihak Kurawa kepada pihak Pandawa. Bambang Aswatama, putra tunggal Begawan Drona, termasuk tokoh pengikut Kurawa yang amat membenci Dewi Banowati. Terlebih lagi ketika selesai Baratayuda, Banowati yang waktu itu sudah janda, dengan senang hati ternyata bersedia menjadi istri Arjuna. Dengan dendam yang meluap dan kebencian yang membara, pada suatu malam Aswatama berhasil menyusup ke Keraton Astina dan membunuh Banowati.
Walaupun kecantikan dan kemolekan tubuhnya tidak ada celanya, Dewi Banowati memang bukan contoh karakter wanita yang baik dalam pewayangan. Cintanya pada Arjuna membuat Banowati sebagai seorang istri bukan saja mengabaikan dan merendahkan wibawa suaminya, namun juga mengkhianatinya. Sebagian dalang Wayang Kulit Purwa bahkan menempatkan Banowati sebagai sasaran olok-olok. Ki Dalang antara lain mengunakan tokoh panakawan untuk mengungkapkan sindiran atau olok-oloknya. Biasanya tokoh Petruk yang ditampilkan untuk keperluan itu.
Selain itu pada beberapa lakon carangan Banowati juga diberi peran sebagai wanita gampangan. Misalnya, dalam lakon Brajadenta-Brajamusti, atau Brajadenta Mbalela, dikisahkan Brajadenta beralih rupa menjadi Gatotkaca, dan kemudian merayu Dewi Banowati. Mengenai tabiat Dewi Banowati yang tidak terpuji itu, sebenarnya seluruh keluarga Kurawa juga mengetahui atau mencurigainya. Tetapi karena sikap Duryudana yang tetap melindungi istrinya, membuat mereka tidak bereaksi secara terang-terangan. Mereka takut pada saudara tuanya. Hanya Aswatama, putra tunggal Begawan Drona, yang diam-diam menaruh dendam pada permaisuri Astina itu. Nama Banowati, dalam Kitab Mahabarata ditulis Bhanu-matti, yang artinya 'wanita bercahaya bagaikan sinar matahari'. Kata 'banu' atau 'bhanu' artinya matahari, sedangkan kata 'matti' atau 'wati' menunjukkan bahwa ia seorang wanita.
Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa tokoh Dewi Banowati dilukiskan dalam dua wanda, yakni wanda Golek dan wanda Berok.
Selain pada Wayang Purwa, nama Dewi Banowati juga terdapat pada Wayang Krucil atau Klitik, dan di pentas Langendriyan. Banowati yang ini adalah istri Adipati Ranggalawe dari Tuban. Mereka mempunyai tiga anak, yakni Dewi Sekati, Watangan, dan Buntaran.
Lakon-lakon yang melibatkan Banowati:
Dalam pewayangan Dewi Banowati adalah contoh karakter wanita yang tidak setia pada suami. Setelah kawin dengan Suyudana, Banowati masih tetap saja mencintai Arjuna. Perasaan cinta ini pula yang menyelamatkan jiwa Burisrawa, adik Banowati. Burisrawa suatu saat masuk ke kediaman Arjuna di Kasatrian Madukara dan berusaha memperkosa Dewi Wara Subadra, istri Arjuna. Dalam usaha mempertahankan kehormatannya Dewi Subadra mati tertusuk keris Burisrawa. Putra Prabu Salyapati ini akhirnya tertangkap dan seharusnya akan dihukum mati, tetapi Dewi Banowati segera datang dan membujuk Arjuna, sehingga Burisrawa diampuni dan akhirnya dibebaskan.
Dalam berbagai cerita pedalangan sering dikisahkan secara samar tentang hubungan gelap dan perselingkuhan Banowati dan Arjuna. Ketika Banowati melahirkan anaknya yang pertama, wajah bayi itu temyata amat mirip dengan Arjuna. Kenyataan ini amat menggelisahkan Banowati dan Arjuna, karena mereka khawatir perselingkuhannya terbongkar. Karenanya Arjuna lalu memohon pada para dewa agar anak Banowati jangan mirip dirinya. Permohonan itu dikabulkan, dan wajah bayi itu berubah menjadi mirip Suyudana. Anak pertama Banowati ini diberi nama Lesmana Mandrakumara, yang tingkah lakunya seperti orang lemah mental. Anak keduanya diberi nama Lesmanawati, lahir sebagai putri cantik. Lesmana Mandrakumara mati dibunuh Abimanyu dalam Baratayuda, sedangkan Dewi Lesmanawati diperistri Warsakusuma, putra Adipati Karna.
Menjelang dan selama Baratayuda berlangsung, beberapa tokoh Kurawa mencurigai Dewi Banowati sering membocorkan rahasia pihak Kurawa kepada pihak Pandawa. Bambang Aswatama, putra tunggal Begawan Drona, termasuk tokoh pengikut Kurawa yang amat membenci Dewi Banowati. Terlebih lagi ketika selesai Baratayuda, Banowati yang waktu itu sudah janda, dengan senang hati ternyata bersedia menjadi istri Arjuna. Dengan dendam yang meluap dan kebencian yang membara, pada suatu malam Aswatama berhasil menyusup ke Keraton Astina dan membunuh Banowati.
Walaupun kecantikan dan kemolekan tubuhnya tidak ada celanya, Dewi Banowati memang bukan contoh karakter wanita yang baik dalam pewayangan. Cintanya pada Arjuna membuat Banowati sebagai seorang istri bukan saja mengabaikan dan merendahkan wibawa suaminya, namun juga mengkhianatinya. Sebagian dalang Wayang Kulit Purwa bahkan menempatkan Banowati sebagai sasaran olok-olok. Ki Dalang antara lain mengunakan tokoh panakawan untuk mengungkapkan sindiran atau olok-oloknya. Biasanya tokoh Petruk yang ditampilkan untuk keperluan itu.
Selain itu pada beberapa lakon carangan Banowati juga diberi peran sebagai wanita gampangan. Misalnya, dalam lakon Brajadenta-Brajamusti, atau Brajadenta Mbalela, dikisahkan Brajadenta beralih rupa menjadi Gatotkaca, dan kemudian merayu Dewi Banowati. Mengenai tabiat Dewi Banowati yang tidak terpuji itu, sebenarnya seluruh keluarga Kurawa juga mengetahui atau mencurigainya. Tetapi karena sikap Duryudana yang tetap melindungi istrinya, membuat mereka tidak bereaksi secara terang-terangan. Mereka takut pada saudara tuanya. Hanya Aswatama, putra tunggal Begawan Drona, yang diam-diam menaruh dendam pada permaisuri Astina itu. Nama Banowati, dalam Kitab Mahabarata ditulis Bhanu-matti, yang artinya 'wanita bercahaya bagaikan sinar matahari'. Kata 'banu' atau 'bhanu' artinya matahari, sedangkan kata 'matti' atau 'wati' menunjukkan bahwa ia seorang wanita.
Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa tokoh Dewi Banowati dilukiskan dalam dua wanda, yakni wanda Golek dan wanda Berok.
Selain pada Wayang Purwa, nama Dewi Banowati juga terdapat pada Wayang Krucil atau Klitik, dan di pentas Langendriyan. Banowati yang ini adalah istri Adipati Ranggalawe dari Tuban. Mereka mempunyai tiga anak, yakni Dewi Sekati, Watangan, dan Buntaran.
Lakon-lakon yang melibatkan Banowati:
- Kartawiyoga Maling
- Alap-Alapan Surtikanti
- Suyudana Rabi
- Subdra Larung
- Brajadenta-Brajamusti
- Aswatama Nglandak