Berkatalah raja negara Astina, prabu Suyudana kepada patih Sakuni, Paman, terlaksanalah sudah maksud kami untuk membunuh Jayalaga (Bratasena), sebaiknya sisa Pandawa dibunuh sekaligus, untuk itu sekarang baiklah pamanda patih sakuni pergi ke negara Amarta, Yudistira bawalah kemari, bikinlah dalih untuk menghadiri penobatan Jayalaga menjadi prabuanom, berangkatlah sakuni menuju Amarta. Yudistira menerima kedatangan Nakula dan sadewa, yang melaporkan hasil diutusnya ke negara Astina, dieritakan tertundanya penobatan Jayalaga, dikarenakan para sesepuh belum sepakat untuk menghadirinya. Tak lama datanglah patih sakuni, diaturkanya maksud kedatangannya di negara Amarta, tak lain prabu Suyudana berkenan mengundang atas kehadiran Yudistira beserta para Pandawa, untuk menghadiri penobatan Jayalaga menjadi prabu Anom, berangkatlah mereka diiring oleh patih sakuni ke negara Astina.
Sekembalinya raden Arjuna dari menghadap kakeknya bagawan Abiyasa di Ratawu, telah diingatkan, seyogyanya langsung menuju ke negara Astina, dipertengahan jalan di tengah hutan, bertemulah dengan raksasa, terjadilah perang. Mereka akhirnya babar wujud semula yakni HyangAsmara serta Dewi Pujawati, diberitahukan kepada Arjuna, bahwasanya kakaknya Jayalaga sudah mati dibunuh oleh Kurawa, dan sekarang dibuwang ke dalam sumur Jalatunda. Dengan menghunus keris, Arjuna berangkat ke negara astina, untuk menuntut balas kematian kakaknya Bratasena diiring oleh Semar, Gareng dan Petruk
Di negara Astina prabu Suyudana mendapatkan kesukaran untuk membunuh Yudistira, Nakula dan Sadewa kepada Ptih sakuni diperintahkan mencari upaya, terlaksananya maksud tersebut, disamping kedatangan Arjuna pun telah menggagalkan maksud pembunuhan tersebut. Selagi para Pandawa dipersilahkan beristirahat, patih sakuni telah dating membawa si anak kecil bernama Bondanpeksajandu, cucu dari Batara Dawangnala. Anak tersebut diperintahkan untuk mengangklat gada Jayalaga, terangkatlah pusaka gada , dan diperintahkan oleh Durna segera untuk membunuh Yudistira. Setelah berhadapan si anak kecil Bondanpeksajandu beralih wujud menjadi raden Werkudara. Mengamuklah Werkudara, para kurawa dihajara olehnya, kemarahan Werkudara dapat dilerai oleh Kresna, yang dating dari negara Dwarawati, mencari para Pandawa.
Sekembalinya raden Arjuna dari menghadap kakeknya bagawan Abiyasa di Ratawu, telah diingatkan, seyogyanya langsung menuju ke negara Astina, dipertengahan jalan di tengah hutan, bertemulah dengan raksasa, terjadilah perang. Mereka akhirnya babar wujud semula yakni HyangAsmara serta Dewi Pujawati, diberitahukan kepada Arjuna, bahwasanya kakaknya Jayalaga sudah mati dibunuh oleh Kurawa, dan sekarang dibuwang ke dalam sumur Jalatunda. Dengan menghunus keris, Arjuna berangkat ke negara astina, untuk menuntut balas kematian kakaknya Bratasena diiring oleh Semar, Gareng dan Petruk
Di negara Astina prabu Suyudana mendapatkan kesukaran untuk membunuh Yudistira, Nakula dan Sadewa kepada Ptih sakuni diperintahkan mencari upaya, terlaksananya maksud tersebut, disamping kedatangan Arjuna pun telah menggagalkan maksud pembunuhan tersebut. Selagi para Pandawa dipersilahkan beristirahat, patih sakuni telah dating membawa si anak kecil bernama Bondanpeksajandu, cucu dari Batara Dawangnala. Anak tersebut diperintahkan untuk mengangklat gada Jayalaga, terangkatlah pusaka gada , dan diperintahkan oleh Durna segera untuk membunuh Yudistira. Setelah berhadapan si anak kecil Bondanpeksajandu beralih wujud menjadi raden Werkudara. Mengamuklah Werkudara, para kurawa dihajara olehnya, kemarahan Werkudara dapat dilerai oleh Kresna, yang dating dari negara Dwarawati, mencari para Pandawa.