-->

Asal-usul Burung Cenderawasih, Kelas 4, Tema 8, Subtema 2, Pembelajaran 6

Di suatu daerah di Papua tinggal seorang anak laki-laki bernama Kweiya. Kweiya tinggal bersama ibu dan adik-adik tirinya. Adik-adik tiri Kweiya tidak menyukai Kweiya. Mereka menjebak Kweiya sehingga dia tersesat di hutan.
Kweiya yang tersesat di hutan mencoba untuk bertahan hidup. Dia membangun rumah kayu sederhana dan berburu. Kulit binatang hasil buruannya dia pintal menjadi benang. Kweiya berencana untuk membuat sayap dari benang pintalannya.
Setelah Kweiya pergi, ibunya sangat sedih. Adik-adik Kweiya berbohong bahwa Kweiya pergi karena tidak mau tinggal bersama mereka lagi. Ibu Kweiya tidak percaya. Ibu Kweiya berusaha mencari tahu kebenarannya. Adik bungsu Kweiya yang jujur memberitahu ibu kebenarannya. ”Bu, kak Kweiya tidak meninggalkan kita. Dia dijebak oleh kakak-kakak sehingga tersesat di hutan.” Jelas adik bungsu Kweiya.
”Benarkah yang kau katakan itu anakku? Kalau begitu ibu harus mencari Kweiya,” sahut ibu Kweiya.
Ibu Kweiya segera pergi ke hutan. Dia berjalan tanpa kenal lelah sambut terus memanggil-manggil Kweiya sekuat tenaga. Tidak ada sahutan. Sampai akhirnya ibu Kweiya melihat seekor burung muncul dari pepohonan. Eee… eee… eee…. Begitu suara burung yang muncul di hadapan ibu Kweiya. Ibu Kweiya terkejut, ternyata burung itu adalah Kweiya yang menyelipkan pintalan benang di bawah lengannya. Kweiya telah berubah wujud menjadi seekor burung yang indah.
Ibu Kweiya mengikuti Kweiya dan mengambil sejumput pintalan benang. Ibu Kweiya menyelipkan pintalan benang di bawah lengannya seperti yang telah dilakukan Kweiya. Dalam sekejap, ibu Kweiya berubah menjadi seekor burung. Dia segera terbang bersama Kweiya. Adik-adik tiri Kweiya ternyata menyaksikan ibunya dan Kweiya yang telah berubah menjadi burung. Mereka menyesali perbuatan jahatnya. Namun, penyesalan itu telah terlambat. Kweiya dan ibunya telah berubah menjadi burung yang kini dikenal sebagai burung cenderawasih.

Disadur dari: Dian. K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2016.

Ayo Berdiskusi!
Bentuklah kelompok yang terdiri atas tiga anak. Diskusikan mengenai cerita fiksi di depan. Apa isi dari cerita fiksi di depan?
Teks berjudul Asal-usul Burung Cenderawasih merupakan cerita rakyat, yaitu legenda. Teks tersebut berisi kisah seorang kakak bernama Kweiya yang tidak disenangi oleh adik-adik tirinya karena merasa iri. Kweiya dijebak di hutan oleh adik-adiknya sehingga tersesat. Kemudian, Kweiya memintal benang untuk dijadikan sayap. Sayap tersebut disisipkan di ketiaknya sehingga Kweiya berubah menjadi burung Cenderawasih. Ibu Kweiya yang mengetahui cerita Kweiya pun merasa sedih. Kemudian, ibu Kweiya membuat pintalan benang yang sama dengan Kweiya. Ibu Kweiya menyisipkan hasil pintalan benang di ketiaknya. Akhirnya, ibu Kweiya juga berubah menjadi burung Cenderawasih. Adik-adik tiri Kweiya merasa sangat menyesal.

Berdasarkan cerita tersebut dapat diambil pesan moral bahwa kita harus menjauhkan diri dari sifat iri karena dapat merusak kerukunan dalam persaudaraan. Selain itu, kita harus berhati-hati dalam bertindak agar tidak menimbulkan penyesalan.
Selain keunikan faunanya yaitu burung cendrawasih, Papua juga memiliki kesenian yang terkenal di seluruh daerah di Indonesia berupa tarian dan lagu daerah yaitu tari Perang dan lagu Apuse.
Lagu Apuse dapat digunakan untuk mengiringi gerak-gerak tari kreasi. Ayo mencoba melakukan gerak tari dengan iringan lagu Apuse.

Selain burung cenderawasih dan lagu apuse, tanah Papua yang terbentang dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat memiliki keunggulan sumber-daya alam (SDA) terbesar dan terkaya di belahan dunia ini baik fauna dan flora, tambang di perut bumi, sungai dan biota lautnya.

Di bidang pertambangan, provinsi ini memiliki potensi 2,5 miliar ton batuan biji emas dan tembaga, semuanya terdapat di wilayah konsesi Freeport. Di samping itu, masih terdapat beberapa potensi tambang lain seperti batu bara berjumlah 6,3 juta ton, barn gamping di atas areal seluas 190.000 ha, pasir kuarsa seluas 75 ha dengan potensi hasil 21,5 juta ton, lempung sebanyak 1,2 jura ton, marmer sebanyak 350 juta ton, granit sebanyak 125 juta ton dan hasil tambang lainnya seperti pasir besi, nikel dan krom.

Karena 90% dari daratan Papua adalah hutan, produk unggulan pun banyak lahir dari belantara yang dipadati lebih dari 1.000 spesies tanaman. Lebih dari 150 varientas di hutan itu merupakan tanaman komersial. Hutan di Papua mencapai 3l.079.185,77 ha, terdiri atas hutan konservasi seluas 6.436.923,05 ha (20,71%), hutan lindung 7.475.821,50 ha (24,05%), hutan produksi tetap 8.171606,57 ha (26,3 %), hutan produksi terbatas 1.816.319 ha (5,84%), dan hutan yang dapat dikonversi 6.354.726 ha (20,45%). Ditambah areal penggunaan lainnya 821.787,91 ha (2,64%). Hutan hutan di provinsi ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan asli daerah, Contoh, sebanyak 323.987m3, kayu bangunan/timber sebanyak 1.714 m3, kayu balok olahan/block board sebanyak 1.198 m3, triplek/plywood sebanyak 88.050 m3 dan kayu olahan/chips sejumlah 45.289 m3.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)
LihatTutupKomentar