-->

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI BIDANG PENDIDIKAN



Oleh : Admin
1.      Pendahuluan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informatika telah membawa pengaruh terhadap penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Mungkin saja, bagi sekolah-sekolah yang sudah maju dan mampu, telah menggunakan alat-alat tersebut sebagai alat bantu mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, perkembangan pendidikan di sekolahan semakin lama semakin mengalami perubahan dan mendorong berbagai usaha perubahan. Proses pendidikan di sekolah-sekolah kita telah menunjukkan perkembangan pesat pada bidang kurikulum, metodologi pembelajaran, peralatan dan penilaian. Selain itu, juga terjadi perubahan pada bidang administrasi pendidikan, organisasi, personil (SDM), dan supervisi pendidikan. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perubahan yang terjadi merupakan pembaharuan dalam sistem pendidikan yang menyangkut semua aspek atau komponen yang ada.[1]
Sekarang ini proses pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga telah terjadi perubahan dan pergesaran paradigma pendidikan. Misalnya saja, perkembangan pesat dibidang teknologi informasi internet, dapat mempercepat aliran ilmu pengetahuan yang dapat menembus batas-batas dimensi ruang, birokrasi, kemapanan, dan waktu. Katakan saja program-program internet bukan hanya data dan informasi yang dapat di transmisikan dengan kecepatan tinggi, tetapi ilmu pengetahuan dapat diakses secara cepat oleh penggunanya. Maka kemampuan, kecepatan dan kesempatan untuk mengakumulasi, mengolah, menganalisis, mensintesa data menjadi informasi yang kemudian menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat, sangatlah penting artinya dalam dunia informasi saat ini. Tentu saja, kondisi ini berpengaruh pada kebiasaan dan budaya pendidikan yang dikelola dan dilakukanselama ini. Kemajuan dan peranan teknologi sudah sedemikian menonjol, sehingga penggunaan alat-alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan.
Penggunaan alat-alat bantu mengajar, alat-alat bantu peraga pendidikan, audio, visual, dan audio-visual serta perlengkapan sekolah serta perlengkapan peralatan kerja lainnya,[2] mulai disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Maka yang perlu diperhatikan adalah semua peralatan dan perlengkapan sekolah harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum, metode, materi, dan tingkat kemampuan peserta didiksiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa aspek yang menonjol, dalam proses pembelajaran, yaitu metode pengajaran, media pembelajaran dan penilaian. Oleh karena itu, para pendidik dapat menerapkan aspek-aspek pembelaja-ran tersebut.
Perkembangan teknologi eloktronik dan informasi telah mempengaruhi penggunaan berbagai jenis media, sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran di kelas tuntutannya, para pengajar harus mampu menggunakan alat-alat atau perlengkapan tersebut secara efektif dan efisien. Tetapi sisi lain, pengajar juga diisyaratkan untuk menggunakan alat-alat yang murah, efisien, dan mampu dimiliki sekolah baik yang dibuat oleh pengajar sendiri, maupun alat-alat kompensional yang sudah ada dan tidak menolak kemungkinan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan tuntutan perkembangan kemajuan teknologi.
Pengajar mulai berusaha membiasakan diri untuk menggunakan peralatan-peralatan, seperti OHP, LCD, CD, VCD, Vidio, komputer, dan internet dalam pembelajaran di kelas, dengan berbagai program pembelajaran yang dapat dikembangkan.
Untuk sekolah-sekolah yang sudah maju, seharusnya sudah berusaha untuk melakukan berbagai upaya perbaikan pada alat-alat dan perlengkapan pendidikan yang digunakan. Demikian pula kesedian pengajar untuk menyesuaikan dan menggunakan alat-alat pendidikan konpensional yang sudah ada dengan tidak menolak menggunakan alat-alat yang sesuai dengan kemajuan teknologi modern. Sekolah-sekolah yang mampu, mungkin saja telah memiliki peralatan pendidikan yang memadai dan telah menggunakan jenis media yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan semua mata pelajaran, seperti menggunakan radio, TV, film, komputer, VCD, DVD, LCD, internet, sebagai sarana pembelajaran. Di Indonesia telah dicobakan penggunaan radio dan televisi pendidikan .[3]
Sekarang ini mulai dikembangkan pembelajaran berbasis e-learning internet. Maka bagi sekolah-sekolah jarak jauh atau pembelajaran jarak jauh, tentu saja memerlukan perlengkapan pendidikan yang baik dan disesuaikan dengan perkembangan alat-alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dan pendidikan.
2.      Hubungan Mutualisme Pendidikan Islam dan Teknologi Informasi Komunikasi
Pendidikan Islam yang memiliki tugas pokok menggali, menganalisis dan mengembangkan serta mengamalkan ajaran Islam yang bersumberkan al-Qur'an dan al-Hadits, pada dasarnya telah cukup memperoleh bimbingan dan arahan dari kedua sumber pokok tersebut, yakni mulai dari proses memahami terhadap hal-hal yang bersifat metafisik sampai dengan kemampuan hidup yang rasionalistik, analitik, sintetik dan logik terhadap kekuatan alam sekitar. Hal ini menyadarkan manusia akan fungsinya sebagai “khalifah” di muka bumi yang akomodatif terhadap lingkungannya. Dengan demikian, pada dasarnya sumber ajaran Islam seperti Al-Qur'an, sebenarnya sangat fleksibel serta responsif terhadap tuntutan hidup manusia yang makin maju dan modern dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi yang saat ini begitu pesat perkembangannya.[4]
Secara umum teknologi pendidikan diartikan sebagai media yang lahir dari revolusi teknologi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran disamping guru, buku dan papan tulis. Teknologi pendidikan mensyaratkan prosedur, ide, peralatan dan organisasi yang dikaji secara sistematis, logis dan ilmiah. Pengertian ini mengandung asumsi bahwa sebenarnya media teknologi tertentu tidak secara khusus dibuat untuk teknologi pendidikan. Dia berupa media teknologi yang di manfaatkan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Pendidikan Islam mempunyai dasar yang salah satunya adalah alquran yang didalamnya telah menjelaskan tentang IPTEK antara ain dalam surat Saba’ yani Allah telah memerintahkan kepada Nabi Dawud tentang teknik mengecor besi.[5] Media teknologi pendidikan membuat pendidikan lebih produktif.media teknologi pendidikan telah menunjukkan kemampuannya dalam meningkatkan proses pembelajaran yang  memungkinkan bagi guru untuk memenfaatkan waktu secara efektif dan efisien, dapat menjauhkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu, yang kurang menunjang, seperti tugas-tugas administratif atau pekerjaan rutin yang berlebihan dalam rangka tranformasi informasi.
Secara embrionik, dorongan al-Qur'an terhadap pengembangan rasio untuk pemantapan iman dan takwa yang diperkokoh melalui ilmu pengetahuan manusia adalah merupakan ciri khas Islami, yang membedakannya dengan kitab suci agama lain. Al-Qur'an sebagai sumber pedoman hidup manusia telah memberikan wawasan dasar terhadap masa depan hidup manusia dengan rentangan akal pikirannya yang mendalam dan meluas sampai pada penemuan ilmu dan teknologi yang secanggih-canggihnya. Maka dari itu, al-Qur'an menegaskan 300 kali perintah untuk menfungsikan rasio (akal) manusia, dan 780 kali mengukuhkan pentingnya ilmu pengetahuan. Di antara ayat-ayat yang mendorong dan merangsang akal pikiran untuk berilmu pengetahuan dan teknologi, di antaranya QS. Ar-Rahman (55): 1-33 tentang kelautan dan ruang angkasa; al-An’am (6): 79 tentang eksplorasi benda-benda ruang angkasa dengan akal pikiran oleh Nabi Ibrahim untuk menemukan Tuhan yang hak; serta QS. Saba’ (34): 10-13 tentang pengolahan dan pemanfaatan besi dan tembaga sebagai bahan teknologi bangunan-bangunan kolosal; QS. Al-Mulk (67): 19, secara simbolis Allah juga telah menjabarkan berbagai model teknologi pembuatan kapal terbang dengan meniru pola atau rancang bangun struktur burung di angkasa, serta banyak lagi ayat yang lainnya.[6]
Beberapa ayat di atas dapat menjadikan al-Qur'an sebagai sumber motivasi dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam yang berbasis pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk rekayasa teknologi. Karena al-Qur'an telah secara jelas memberikan dorongan kepada manusia agar melakukan analisis dan perlu berupaya untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, agar bermanfaat bagi kehidupan manusia.[7]
Dengan demikian, maka pendidikan Islam dengan sumber utamanya al-Qur'an, dapat dikembangkan menjadi agent of technologically and culturally motivating reousrces dalam berbagai model yang mampu mendobrak pola pikir tradisional yang pada dasarnya dogmatis, kurang dinamis dan berkembang secara bebas. Karena secara prinsip, nilai-nilai Islam tidak mengekang atau membelenggu pola pikir manusia dalam arena pemikiran rasionalistik dan analitik yang diperlukan dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan. Relevan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini kemampuan berijtihad dalam segala bidang ilmu pengetahuan perlu dikembangkan secara terus-menerus. Hal yang paling penting adalah bagaimana menumbuhkembangkan ide-ide dan konsep-konsep keilmiahan yang bersumberkan al-Qur'an ke dalam pelaksanaan pendidikan yang secara fungsional dapat mengacu ke dalam perkembangan masyarakat yang semakin dinamis.[8]
Jika dikaitkan antara pendidikan Islam dan IPTEK, maka pada dasarnya keduanya saling menguatkan. Pendidikan Islam yang berangkat dari sumber ajaran agama (Islam), sudah tentu tidak dapat melepaskan diri dari realitas kehidupan sosial manusia yang terus berkembang. Sedangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi, secara khusus teknologi komunikasi/informasi, merupakan di antara konsekuensi yang timbul dari adanya perubahan kehidupan sosial manusia, yang saat ini telah menjalani era globalisasi dengan segala dinamikanya.
Kehadiran teknologi komunikasi, harus diakui memberikan pengaruh yang besar bagi dunia pendidikan Islam. Menurut Marwah Daud Ibrahim, potensi perubahan sosial yang mendasar dari skala makro yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan komunikasi di antaranya adalah: 1) dengan kemajuan teknologi, komunikasi manusia kian kosmopolit. Dengan kata lain, akan membuat orang lebih terbuka dan dapat menerima perubahan yang baik. Hal ini memungkinkan tiap-tiap orang bisa menerima cara pandang berbeda dari budaya yang berbeda; 2) dengan kemajuan teknologi komunikasi diharapkan dapat menumbuhkan semangat ukhuwah Islamiyah dan solidaritas sosial menjadi semakin meningkat; 3) kemajuan teknologi komunikasi diharapkan pada setiap individu memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Asumsi ini didasarkan pada peralatan komunikasi bisa menjadi alat bantu dalam dunia pendidikan, mengajarkan keterampilan dan sebagainya.[9]
Dari ketiga unsur ini diharapkan, pemanfaatan teknologi komunikasi akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki, termasuk dalam pendidikan Islam. Akan tetapi, hal lain yang perlu diperhatikan dari adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi adalah dampak yang ditimbulkan dapat memunculkan cognitive dissonance (ketidak selarasan pikiran), terutama di kalangan generasi muda dan anak-anak. Maksudnya, sumber nilai atau panutan menjadi tidak tunggal atau menjadi beraneka ragam. Jika dahulu keluarga, sekolah dan tempat tempat-tempat ibadah merupakan institusi yang mengintroduksi nilai kepada anak-anak dan remaja atau pemuda, maka kini media massa juga menawarkan nilai-nilai tersendiri. Jika nilai yang diberikan oleh media tersebut sejalan dengan apa yang didapatkan pada institusi, maka akan didapati hasil yang maksimal. Tetapi jika apa yang disampaikan oleh media malah bertentangan atau bahkan menyimpang dari nilai yang ada atau seharusnya dari institusi pendidikan, maka akan dapat mengakibatkan anak-anak dan generasi muda dilanda kebingungan atau mengalami dekadensi moral dan akhlak. Hal ini akan berpengaruh lebih kuat dan dominan pada perilaku sosialnya.[10]
Selain itu, banyaknya muatan informasi yang datang dari segala arah tentu saja tidak semuanya sesuai dengan norma atau nilai yang berlaku bagi masyarakat Indonesia, secara khusus umat Islam. Karena pada kenyataannya, walaupun dengan kemajuan teknologi komunikasi-informasi banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi kehidupan manusia, tetapi sifat materialistis dan cenderung mengabaikan nilai-nilai moral di dalamnya, perlu menjadi warning khusus bagi pendidikan Islam untuk mengarahkannya secara lebih bermakna.Dengan demikian, pada prinsipnya kemajuan teknologi komunikasi tidaklah bertentangan dengan pendidikan Islam, justru sebenarnya sangat membantu dalam meningkatkan kualitas peserta didiknya. Akan tetapi, pendidikan Islam seharusnya dapat selalu di arahkan agar tidak hanyut terbawa arus modernisasi dan kemajuan teknologi komunikasi. Untuk itu, perlu adanya strategi yang mampu mengintegrasikan antara keduanya agar saling melengkapi dan menjadi perpaduan yang dapat mengangkat kualitas pendidikan Islam sesuai dengan tuntutan realita kehidupan.

3.      Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan Bovee, (1997).[11]Dengan demikian, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Selain itu, bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari bahan pelajaran, atau dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media adalah suara, lihat, dan gerakan.
Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media, diantaranya adalah: Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan, Association of Education and Communication Technology (AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. National Education Assiciation (NEA), mengatakan bahwa “media” adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta peralatannya. Gagne (1970), mangatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Briggs (1970), mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Schramm, mengatakan media adalah teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional. Y. Miarso, mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar. Secara umum media adalah “alat bantu” yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Dari pengertian di atas, dapat didisimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas.[12]Dari keseluruhan pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah:
a.       Bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar.
b.      Berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar.
c.       Bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar.
d.      Bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio-visual.

4.      Konsep e-learning dalam pembelajaran

E-Learning (Electronic Learning), proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi. Menurut Michael Purwadi , perangkat elektronik yang dimaksud dalam hal ini adalah perangkat elektronik yang ada kaitannya dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan multimedia berupa CD ROM, Video Tape, Televisi, dan Radio. Maka, e-learning adalah proses pembelajaran yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan internet. E-Learning tidak lagi hanya terbatas pada proses pembelajaran yang sifatnya statis, stand alone, dan satu arah, tetapi telah meluas menjadi proses pembelajaran yang sifatnya dinamis, collaborative, dan multimedia. Sedangkan secara khusus e-learning mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1.      Memiliki content yang relevan dengan tujuan pembelajaran,
2.      Menggunakan metode instruksional, misalnya penyajian contoh dan latihan,
3.      Menggunakan elemen-elemen seperti kata-kata dan gambar-gambar untuk
4.      Menyampaikan materi pembelajaran, dan
5.      Membangun pemahaman dan kemampuan yang terkait dengan tujuan pembelajaran baik secara perseorangan atau kelompok.[13]

Apa yang menjadi kelebihan pembelajaran jarak jauh berbasis e-learning. Keunggulan pembelajaran melalui e-Learning, yaitu menciptakan peluang interaktivitas pembelajaran menjadi lebih meningkat. Tidak ada batasan waktu dan tempat dan pembelajar menjadi lebih bertanggung jawab akan kesuksesannya. Dulu mungkin kita berpikir bahwa kegiatan belajar mengajar harus dalam ruang kelas, dimana guru atau dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis. Tetapi perbelajaran atau pendidikan jarak jauh sudah dikenal beberapa puluh tahun yang lalu. Walaupun dengan mekanisme yang boleh dibilang cukup sederhana untuk ukuran sekarang, tetapi saat itu metode tersebut sudah dapat membantu orang-orang yang butuh belajar atau mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis. Maka seiring, ditemukannya teknologi Internet, hampir segalanya menjadi mungkin. Kini kita dapat belajar tak hanya anywhere saja, tetapi juga sekaligus anytime dengan fasilitas sistem e-Learning yang ada.[14]
Untuk melihat dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap kegiatan pembelajaran secara umum, ada beberapa istilah yang mirip, seperti: Distance Education, Distance Learning, Computer Mediated Learning, Computer Aided Instruction, dsb. Sehingga tak jarang terjadi tumpang tindih dalam penggunaan istilah tersebut:
a.       Distance Learning, yaitu instructional delivery yang tidak mengharuskan siswa untuk hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar (Ornager, UNESCO, 2003).
b.      Distance Education, yaitu model pembelajaran dimana siswa berada di rumah atau kantor mereka dan berkomunikasi dengan dosen maupun dengan sesama mahasiswa melalui e-mail, forum diskusi elektronik, videoconference, serta bentuk komunikasi lain yang berbasis komputer (Webopedia, 2003).
c.       E-Learning, yaitu proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan TIK (Martin Jenkins and Janet Hanson, Generic Center, 2003).[15]
Maka penggunaan istilah e-Learning, karena cakupan pengertiannya lebih umum digunakan dan juga menekankan aspek penggunaan TIK dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran kapan saja, dan dimana saja.[16]

5.      Penutup
Upaya melakukan pembaruan pendidikan Islam, secara prinsip berangkat dari dua persoalan penting, yakni di satu sisi kondisi pendidikan Islam yang masih cenderung tertinggal dibanding umat yang lain, dan di sisi lain, perkembangan masyarakat dunia yang saat ini tengah berada di era globalisasi dengan segala dinamikanya, sehingga menuntut adanya berbagai kesiapan yang cukup tinggi dari semua pihak. Globalisasi sebagai hasil dari modernisasi, memiliki banyak kecenderungan yang bersifat kualitatif, di antaranya adalah berkembangnya ilmu dan teknologi secara cepat dan pesat, khususnya menyangkut teknologi komunikasi-informasi, sebagai ciri masyarakat yang telah mengalami perubahan dari masyarakat modern ke masyarakat informasi. Namun demikian, perlu untuk digaris bawahi bahwa walaupun kemajuan teknologi tersebut banyak memberikan manfaat, tetapi tidak sedikit pula dampak negatif yang dapat ditimbulkannya. Dalam hal inilah diperlukan pola pendidikan yang mampu mengintegrasikannya secara proporsional.
Dalam hal ini, pendidikan Islam dengan landasan ajaran al-Qur'an, secara prinsip telah memberikan motivasi yang cukup tinggi agar umatnya maju dan mampu menjadi khalifah di muka bumi, agar tercapai kemakmuran yang sesungguhnya. Dengan demikian, pendidikan hendaknya benar-benar responsif dengan perubahan dan tuntutan zaman, terutama terkait dengan perkembangan teknologi komunikasi-informasi, sekaligus dapat menjadi penguat pendidikan Islam yang berbasis teknologi, khususnya teknologi komunikasi-informasi agar dapat benar-benar memiliki manfaat yang besar bagi masyakakat dunia.


DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzzayin, 2008, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara)

Akmal Hawi, 2004, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Palembang: (IAIN Raden Fatah)

Assegaf, Abd. Rachman. 2004. “Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi”, dalam Imam Machali dan Musthofa (ed), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Buah Pikiran Seputar Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya, (Yogyakarta: Ar-Ruuz Media)


Fuad, Moch, 2004, “Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Perspektif Sosial Budaya)”, dalam Imam Machali dan Musthofa (ed), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Buah Pikiran Seputar Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya) (Yogyakarta: Ar-Ruuz Media).

Hamalik, Oemar, 1989, Media Pendidikan, (PT.Citra Aditya Bakti, Bandung)

Harry B. Santoso, e-Learning: Belajar Kapan Saja, Dimana Saja, From: http://dl2.cs.ui. ac.id/harrybs/e-Learning.pdf, access.

Nata, Abuddin, 2001, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: Grasindo).
Hawi, Akmal, 2004, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Palembang: (IAIN Raden Fatah).

Ouda Teda Ena, Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi, From: http://www.ialf.edu/kipbipa/ papers/ Ouda TedaEna.doc.


[1]Oemar Hamalik,1989, Media Pendidikan,PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 2
[2]Hamalik,Media,h. 3.
[3]Hamalik, Media, h. 4.
[4]Assegaf, Abd. Rachman. 2004. “Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi”, dalam Imam Machali dan Musthofa (ed), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Buah Pikiran Seputar Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya. Yogyakarta: Ar-Ruuz Media. h. 17.
[5] Lihat Q.S. Saba’ 10
[6]Moch. Fuad, “Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Perspektif Sosial Budaya)”, dalam Imam Machali dan Musthofa (ed), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Buah Pikiran Seputar Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya) (Yogyakarta: Ar-Ruuz Media, 2004), h. 88.
[7]Muzzayin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 45
[8]Ibid., h. 89-90.
[9]Akmal Hawi,Kapita Selekta Pendidikan Islam. Palembang: (IAIN Raden Fatah, 2004). h. 148.

[10]Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam,(Jakarta: Grasindo, 2001), h. 82

[11]Ouda Teda Ena, Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi, From: http://www.ialf.edu/kipbipa/ papers/ Ouda TedaEna.doc, Akses, Senin, 19/09/2016.

[12]Hamalik, Media, h. 12.
[13]Clark, R.C. dan Mayer, R E, E-Learning and the science of instruction: Proven guidelines for consumers and designers of multimedia learning, Pfeiffer, San Francisco, (2003)
[14]Harry B. Santoso, e-Learning: Belajar Kapan Saja, Dimana Saja, From: http://dl2.cs.ui. ac.id/harrybs/e-Learning.pdf, access, 10/4/2007.
[15]Santoso , e-Learning
[16]Santoso , e-Learning
LihatTutupKomentar